Media Sosial dan Gaya Hidup Anak Muda Sebuah Tantangan
Thesource4parents melakukan penelitian seberapa pentingkah media sosial (Facebook, Twitter, dll) bagi generasi muda? Riset terbaru telah menjawab pertanyaan tersebut dengan mengungkap fakta bahwa lebih dari 50 persen generasi muda lebih memilih kehilangan salah satu dari pancaindra mereka ketimbang harus meninggalkan jejaring sosial mereka.
Sepertinya berkomunikasi melalui teknologi merupakan kebutuhan yang sangat penting, bukan?
Meski penelitian menunjukkan daya tarik untuk
berkomunikasi dengan teman-teman lewat layar monitor masih berada di
bawah cara konvensional, yaitu komunikasi tatap muka, tetapi
terkembangan teknologi virtual dan mobilitas pergerakan dapat
memungkinkan terjadinya perubahan. Penelitian menimbulkan
pertanyaan media apakah yang sebaiknya kita gunakan ketika berkomunikasi
dengan kaum remaja pada masa ini? Apakah pertanyaan ini harus dijawab
dengan satu alternatif jawaban saja?
Pertama, mari kita lihat secara sekilas daya tarik
media sosial. Sebuah penelitian yang relatif aktual, baik secara waktu
maupun metodologi, menanyai 7.000 kaum muda dari berbagai negara tentang
seberapa besar ketergantungan mereka terhadap media sosial. Hasilnya
ternyata mengejutkan karena 53 persen dari kaum muda AS, Inggris,
Spanyol, Tiongkok, Brasil, India, dan Meksiko yang disurvei berkata
bahwa mereka lebih memilih untuk kehilangan indra penciuman mereka
daripada kehilangan jejaring sosial yang mereka ikuti.
Penelitian yang dilakukan oleh McCann Worldgroup
menemukan bahwa banyak orang muda akan merasa “terasing dan dikucilkan”
jika mereka kehilangan jejaring sosial mereka. Namun, mereka memang
memunyai alasan untuk “merasa” demikian dalam berjejaring sosial.
Spekulasi terkini menyatakan Facebook, yang tidak
diragukan lagi telah menjadi raksasa media sosial dunia, akan mencapai
jumlah anggota sebanyak 1 miliar pengguna pada Agustus 2012 nanti.
(Perlu diingat juga bahwa meskipun Facebook mendominasi, masih ada
banyak jejaring maya lainnya seperti Twitter, Tumblr, Pinterest,
Google+, Xanga dll.) Dengan populasi dunia yang hampir mencapai 7
miliar, memang agak mengejutkan untuk beranggapan bahwa secara umum 1
dari 7 penduduk akan memunyai profil Facebook meski ada data yang
menunjukan bahwa 20% penguna facebook terlibat dan menyibukan diri
dengan game online dan untuk memudahkan bermain maka diantara mereka
memiliki lebih dari satu akun facebook. Namun, kenyataan tersebut dapat
menjelaskan preferensi kaum muda terhadap Facebook ketimbang indra
penciuman mereka: mereka cuma tidak ingin melewatkan untuk tidak
bergabung dalam jejaring terbesar di dunia.
Jadi, hal ini berarti jika orang dewasa ingin
berhubungan dengan kaum muda, mereka harus melakukannya secara daring
(“online”). Benar begitu?
Della Nadya Budiman juga mengadakan penelitian di
kalangan mahasiswa Prasetiya Mulya Business ditemukan fakta bahwa 50
persen dari responden diketahui memiliki akun jejaring sosial lebih dari
2 buah akun. Responden yang hanya memiliki akun Facebook saja sebesar
10 persen. Sedangkan yang hanya memiliki akun Twitter saja berjumlah 15
persen. Responden yang memiliki baik akun Facebook dan Twitter sebesar
25 persen. Sebesar 10 persen responden memiliki tiga akun, yaitu
Facebook, Twitter, dan FourSquare. Persentase paling besar, yaitu 30
persen memiliki akun Facebook Twitter, dll. Sedangkan, 10 persen
responden lainnya memiliki akun Facebook, Twitter, FourSquare, dll.
75 persen responden menggunakan akun jejaring sosial dengan
intensitas 5-7 kali dalam seminggu atau hampir setiap hari. Sedangkan,
15 persen responden menggunakan akun jejaring sosial sebanyak 2-4 kali
seminggu. Hanya masing-masing 5 persen dari responden yang menggunakan
akun jejaring sosial dengan intensitas 1 kali seminggu dan satu bulan
sekali.Dari grafik di atas, terlihat bahwa tidak ada satupun responden yang menjawab hampir tidak pernah menggunakan ataupun mengecek akun media jejaring sosialnya. Hal ini menunjukkan bahwa, intensitas penggunaan media jejaring sosial oleh remaja sangat tinggi.
Mengigat media sosial memiliki pengemar fanatik di mana saja yang telah terjangkau oleh internet, maka sangat wajar menjadi media dengan aneka kepentingan dengan fenomena yang mengejutkan adalah Presiden Obama muncul sebagai presiden karena kemampuan menjaring simpatisan lewat twitter. Perdagangan, lowongan kerja, pengetahuan dan aneka peristiwa hadir mewarnai sehingga mesin mencari situs telah bergeser ke media sosial agar lalulintas data ke situs atau blog meningkat.
Dalam mengunakan media sosial online elektronik hadir gaya bahasa yang menjadi ciri khas. Gorys Keraf dalam bukunya Diksi dan Gaya Bahasa memaparkan tiga unsur dalam gaya bahasa yang baik. Ketiga unsur tersebut adalah: kejujuran, sopan-santun, dan menarik. Dalam pergaulan semakin terbuka dan masuk arus globalisasi maka terjadilah pergeseran nilai gaya bahasa.
Kesimpulannya tidak secepat itu.
Ericsson, raksasa teknologi komunikasi dan produsen
ponsel, baru-baru ini berupaya mengetahui cara kaum remaja saling
berkomunikasi dan bersosialisasi. Penemuan mereka, yang dipublikasikan
di internet, mungkin mengejutkan orang-orang yang percaya bahwa kaum
remaja sepenuhnya bergantung pada teknologi untuk berrelasi dengan orang
lain.
Para peneliti Ericsson langsung ke sasarannya dengan
sebuah pertanyaan sulit, “Cara komunikasi apa yang paling Anda tidak
bisa Anda tinggalkan?” Apa yang mereka temukan seharusnya memberi banyak
harapan bagi para orang tua dan pembimbing kaum muda. “Bertemu muka
dengan muka” merupakan bentuk komunikasi yang akan sangat dirindukan
oleh kaum remaja seandainya mereka kehilangan hal tersebut.
Tentu saja, beberapa bentuk teknologi mendominasi
daftar jawaban berikutnya. Ponsel menempati peringkat kedua (berkirim
pesan singkat) dan ketiga (bertelepon), sedangkan Facebook berada di
urutan keempat dalam daftar.
Bagian rangkuman laporan tersebut mencakup ketiga poin di bawah ini:
- Berkirim pesan singkat memang seru, tetapi tidak ada yang melebihi pertemuan tatap muka.
- Facebook banyak mendapat “jempol”, tetapi itu hanyalah alat.
- Bercakap-cakap dengan video semakin populer.
Peneliti lain menyimpulkan media sosial digunakan dengan dalam batasan pergaulan bertujuan :
- Sarana berkenalan dengan teman lama dan teman baru sekaligus menjaga silaturahmi.
- Sarana berbagi status, foto, musik, film, dan aneka informasi dan kesenangan serta permainan.
- Mencari popularitas.
- mencari dukungan dan atau memberi dukungan terhadap sesuatu.
(Perlu diingat bahwa penelitian ini dilakukan oleh
Ericsson, produsen ponsel yang baru saja mengumumkan kerugian besar pada
kuartal terakhir lalu, yang mengungkapkan bahwa ponsel lebih populer
daripada Facebook. Oleh karena itu, perlu data bandingan tentang
seberapa lama sebenarnya kaum remaja menggunakan ponsel mereka.)
Nielsen selalu menyediakan data terpercaya tentang
hal-hal yang dilakukan kaum muda dengan ponsel mereka. Nielsen, dalam
laporan bulan Desember di Mobile Obsession, menganalisis data lebih dari
65 ribu pengguna ponsel. Laporan ini menyatakan “berkirim pesan
singkat” masih menjadi “perilaku dominan kaum remaja dalam menggunakan
ponsel mereka”. Rata-rata lalu lintas pesan singkat setiap bulannya
meningkat mencapai 3.417 SMS per individu pada kuartal ketiga tahun
lalu. Angka itu menunjukkan rata-rata 7 SMS per jam (di luar jam tidur).
(Pada remaja putri angkanya lebih tinggi, rata-rata 3.952 SMS setiap
bulannya.)
Menurut laporan itu juga, “penggunaan telepon” oleh
kaum remaja telah berkurang belakangan ini, dari rata-rata 685 menit
waktu bicara per bulan menjadi 572 menit, atau perhitungan kasarnya 19
menit per hari. Mari bandingkan data ini dengan waktu penggunaan
internet oleh kaum muda. Laporan terbaru dari Nielsen mengungkapkan
bahwa rata-rata remaja usia 12-17 tahun menghabiskan 1 jam 25 menit per
minggu bermain internet lewat komputer mereka (sekitar 12 menit per
hari). Pemuda usia 18-24 tahun menghabiskan 4 jam 2 menit per minggu
bermain internet lewat komputer mereka (sekitar 35 menit per hari).
Apakah angka-angka tersebut melampaui waktu para
remaja bergaul dengan teman sebaya setiap harinya? Menurut Anda, cara
apa yang mereka pilih untuk berkomunikasi?
Kaum remaja semakin merasa nyaman berkomunikasi lewat
teknologi, sementara pada saat bersamaan mereka menunjukkan keinginan
untuk berkumpul bersama dan sekadar “bepergian” dengan teman sebaya.
Terkadang waktu sosial ini penuh dengan paradoks. Pernahkah Anda
menyaksikan putri Anda duduk di sofa sambil ber-SMS dengan temannya yang
berada tak jauh darinya? Komunikasi digital terkadang lebih praktis
bagi generasi ini, tetapi apakah semakin banyak kaum muda yang akan
memilih sarana itu untuk sepenuhnya menggantikan komunikasi tatap muka?
Laporan Ericsson menunjukkan kaum remaja memilih
komunikasi tatap muka. Sebuah temuan yang membutuhkan nyali untuk
diumumkan oleh produsen ponsel yang tengah mengalami penurunan laba.
Menarik disimak bahwa laporan tersebut juga mengungkapkan rata-rata para
remaja hanya menghabiskan 4 menit setiap melakukan panggilan. Bagaimana
mungkin suatu percakapan via ponsel selama 4 menit dapat dibandingkan
dengan sebuah perbincangan 4 mata di kedai kopi?
Jadi, menurut Anda para orang tua dan pembimbing kaum muda, manakah cara terbaik untuk berkomunikasi dengan kaum remaja?
Gunakanlah URL dan IRL.
Tampaknya sederhana, tetapi telah terbukti beberapa
cara orang dewasa gagal diterapkan dalam berhubungan dengan putra-putri
mereka. Jika Anda mencoba memengaruhi para remaja, mengapa kita berpikir
harus memilih antara melakukannya di dunia maya (URL) dan di dunia
nyata (IRL–in real life).
Kaum remaja menggunakan keduanya. Mengapa kita tidak?
Para remaja mengawali hubungan dengan remaja lain di
dunia maya dan secara langsung. Mereka membina hubungan tersebut dengan
kedua cara itu. Singkatnya, tidak ada seorang remaja pun yang ingin
melepaskan diri dari kedua dunia itu. Waktu untuk berkomunikasi di dunia
maya dan bertatap muka sama pentingnya bagi mereka, dan seharusnya
berlaku juga bagi kita.
Dari sudut pandang orang tua, sepertinya tidak ada
orang tua yang membatasi komunikasi dengan putra-putrinya hanya secara
maya saja. Bukankah aneh jika saat makan bersama seorang anak mengirim
pesan singkat kepada ayahnya, “Tolong sayurnya, Pa.” Orang tua terbaik
adalah orang tua yang berupaya berkomunikasi empat mata dengan
putra-putrinya sesering mungkin, sembari menjaga pengaruh dalam
kehidupan digital mereka.
Demikian juga, para pembimbing kaum muda harus
menyadari bahwa saat bertatap muka adalah cara terbaik untuk memberi
pengaruh kepada kaum remaja, meskipun banyak di antara mereka tidak
mungkin bisa berhubungan dengan semua jemaat remaja setiap minggu. Tidak
ada cukup waktu dalam sehari untuk melakukan semua hal tersebut, namun
para pembimbing itu tidak boleh berdiam diri. Mereka harus melibatkan
diri dalam media sosial, entah itu dengan tweet, atau dengan “suka”,
atau dengan cara media sosial apa pun untuk memberi pengaruh di dunia
digital terhadap kaum remaja yang mereka bimbing.
Berikut ini adalah strategi dua sisi yang dapat Anda
terapkan, yang berlaku untuk orang tua dan pembibing kaum muda dalam
berkomunikasi dengan kaum remaja.
1. “Online”-lah sesering mungkin. Pada masa ini,
membina hubungan dengan kaum remaja belumlah lengkap tanpa kita terlibat
secara digital. Setidaknya, luangkan waktu dua kali dalam seminggu
untuk berkomunikasi dengan remaja via teknologi. Dalam banyak hal,
komunikasi jenis ini sangat membantu mereka. Untuk itu diperlukan sikap
antara lain :
- Belajar media sosial internet.
- Memahami manfaat dan bahwa yang mengancam dalam mengunakan media sosial. Bukankan ada sejumlah kejadian anak di bawah umur lari dari rumah akibat ngobrol di media sosial yang Pantaulah akses internet.galkan Balasan