Kamis, 11 April 2013

Mekanika Teknik


Dalam Statika gaya dapat diartikan sebagai muatan atau beban yang bekerja
pada suatu struktur.
Seringkali, sebuah gaya berarah miring terhadap arah horisontal dan vertikal, seperti
terlihat pada Gambar 1.4. Untuk dapat menggunakan persamaan-persamaan
kesetimbangan, gaya miring tunggal tersebut digantikan dengan proyeksi horisontal
dan proyeksi vertikalnya. Kedua proyeksi ini disebut komponen-homponen gaya.
Modul 1 - Statika I
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1
Kedua komponen gaya itu adalah pengganti yang setara untuk gaya miring tunggal
tersebut, dan begitu pula sebaliknya.
Apabila kita mengukur sudut tajam yang terbentuk oleh gaya miring F dengan
garis vertikal dan menyebut sudut tersebut z, maka kita dapat menyatakan bahwa,
Dari ilmu trigonometri, kita ingat bahwa kosinus sebuah sudut tajam dari
suatu segitiga siku-siku adalah perbandingan anrara sisi yang terdekat dengan sisi
miringnya, sedangkan sinus sudut tersebut adalah perbandingan antara sisi di
hadapan sudut tersebut dengan sisi miringnya. Perbandingan antara sisi di hadapan
dengan sisi yang dekat adalah tangen dari sudut tersebut.
Hubungan-hubungan tersebut diperlihatkan pada Gambar 1.4.
Apabila kita mengganti semua gaya miring dengan dua komponennya
sebelum melakukan hal-hal lain , langkah-langkah pengecekan kesetimbangan
momen dan gaya dapat secara sistematis diterapkan, seperti pada kasus balok dan
tangga yang telah kita bahas sebelumnya. Sebagai contoh, Gambar 1.5
memperlihatkan sebuah beban seberat 200 lb yang ditumpu oleh dua utas tali.
Ketiga gaya yang bekerja pada beban, pada dasarnya bertemu pada titik yang sama.
Ketika hal ini terjadi, gaya-gaya dikatakan menjadi konkuren, dan gaya-gaya tersebut
tidak memiliki daya ungkit pada benda tersebut. Dengan gaya-gaya yang konkuren
Modul 1 - Statika I
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1
tersebut, kita hanya perlu meninjau dua kondisi kesetimbangan gaya karena jumlah
dari momen-momen adalah nol.
Dari sebuah garis vertikal, tali yang kiri miring dengan sudut sebesar 45o, dan tali
yang kanan miring dengan sudut 60o. Beban aktif seberat 200 lb menimbulkan gayagaya
reaktif pada kedua utas tali seperti yang terlihat pada gambar. Komponenkomponen
vertikal dari gaya-gaya tali reaktif terlihat melawan beban vertikal sebesar
200 lb. Komponen-komponen gaya tali horisontal harus saling melawan satu dengan
lainnya
Gaya atau beban menurut macamnya terbagi :
1. Gaya atau beban terpusat (point load)
Contoh : gaya tekan pada lantai akibat berat orang yang berdiri di atas lantai.
P
Gaya atau beban terbagi (distributed load)
a. Terbagi rata, contoh : gaya tekan angin, berat balok
b. Teratur, contoh : gaya tekan air pada bendungan.
c. Tidak teratur, contoh : gaya gempa dinamik
Modul 1 - Statika I
Pusat Pengembangan Bahan Ajar 
STATIKA 1
2.Gaya atau beban momen (momen load)
a. Momen lentur
b. Momen puntir
1.3 JENIS PERLETAKAN PADA STRUKTUR
Didalam statika ada empat macam sistim perletakan pada struktur :
1. Engsel (Sendi / hinge) , diberi notasi
Sifat engsel :
a. Dapat menahan gaya-gaya vertical dan horizontal
b. Tidak dapat menahan momen (rotasi) Momen = 0
Kita tinjau engsel pada sutau pintu dibawh ini : apabila titik A
dieri gaya P, maka gaya P dapat diuarai menjadi P1 (searah daun pintu) dan P2
(tegak luus daun pintu). Gaya P1 dapat di imbangi oleh gaya K yang melalui
engsel, sedangkan gaya P2 akan mengakibatkan bergeraknya daun pintu. Jadi
engsel/sendi tidak dapat menahan rotasi (momen).
P 2 P P1
K
2. Rol, diberi notasi
Sifat Rol:
a. Dapat menahan gaya vertical (tegak lurus rol)
Modul 1 - Statika I
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1
b. Tidak dapat menahan horizontal (sejajarbidang rol) dan rotasi (momen).
Kita tinjau sepatu roda berikut : apabila dikerjakan gaya P, maka P diurai atas
P1tegak lurus lantai dan P2 yang arahnya sejajar dengan lantai. P1 dapat
dditahan oleh rol sedangkan P2 tidak dapat ditahan oleh rol sehingga sepatu
akan bergerak arah horizontal.
P1
P
P2
3.Jepit , diberi notasi
Sifat Jepit :
a. Dapat menahan gaya vertical.
b. Dapat menahan gaya horizontal
c. Dapat menahan rotasi atau momen
4. Pendel, diberi notasi
Sifat pendel : hanya dapat menahan gaya yang searah dengan denganya
1.4 KESETIMBANGAN GAYA
Syarat dari suatu benda diam adalah :
1. Diam
2. Terletak di atas tanah
Modul 1 - Statika I
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1
Syarat kesetimbangan suatu struktur berdasarkan dari Hukum NEWTON
adalah :
1. Jumlah gaya-gaya horizontal yang bekerja pada suatu struktur harus
= 0
􀀁Fx􀀂 0 􀀃 􀀃􀀄 􀀁H 􀀂0 0
2. Jumlah gaya-gaya vrtical yang bekerja pada suatu struktur harus = 0
􀀁Fy􀀂 􀀃 􀀃􀀄 􀀁V 􀀂0 0
3. Jumlah gaya-gaya momen atau rotasi yang bekrja pada suatu struktur
harus = 0
􀀁M􀀂 0 - +
Berdasarkan syarat-syarat kesetimbangan tersebut, maka reaksi perletakandari
suatu struktur dapat di tentukan dengan memprhatikan sifat-sifat dari perletakan
yang digunakan.
1.5 CONTOH SOAL
CONTOH 1
A B 􀀁V􀀂 0 􀀃 􀀃􀀄 empiris
VA= 2 T Va = 2 T
2 m
P = 4 T
Z A B
VA = 2T VB = 2T
3 m 2 m 2 m
Modul 1 - Statika I
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1
Ditanyakan : Reaksi perletakan
Penyelesaian :
Matematis 2 Variabel
Diperlukan 2 Persamaan 􀀁M 􀀂 0;􀀁V 􀀂 0
􀀁V 􀀂 0 􀀃􀀃􀀄 VA + VB - P = 0
VA + VB = 4 ………….(1)
Persamaan (1) dikalikan 3 dan persamaan (2 ) dikalikan 1
VA + VB = 4 ………………. (1) x 3
-3 VA- VB = - 20 …………… (2) x 1
Kemudian persamaan tersebut dijumlahkan :
3VA + 3VB = 12
-3VA- 7VB = - 20 ( )
Dari persamaan (1)
VA + 2 = 4 VA = 4 – 2 = 2T ( )
CONTOH 2
q = 2 t/m P = 21
R = 42 A
3 1
3 2 VA
VB

Ditanya :
Reaksi Perletakan
Penyelesaian
􀀁 􀀂 0 􀀃􀀃􀀄 B M P.2 + VA. 4 – R. 5 = 0
2.2 + 4 VA – 8.5 = 0
4 + 4 VA – 40 = 0
4 VA = - 4 + 40
VA = 36/34 = 9t
􀀁V 􀀂 0 􀀃􀀃􀀄 VA + VB – P – R = 0
9 +VB – 2 – 8 = 0 􀀃􀀃􀀄VB = - 9 + 2 + 8
VB = 1t
CONTOH 3
q = 3 t/m
M
A
R = 9 B
4 3
VB
􀀁V = 0 􀀁 MA = 0
Modul 1 - Statika I
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB EDIFRIZAL DARMA
STATIKA 1
VB – P – R = 0 - VB. 7 + MB + R.5,5 = 0
VB = 9 + 4 - 13.7 + MB + 9.5,5 = 0
VB = 13 t - 91 + MB+ 49,5 = 0
MB = 41,5 tm
Periksa !
􀀁 MB = 0
P. 7 + R 1,5 - MB = 0
4.7 + 9. 1,5 – 41,5 = 0
41,5 – 41,5 = 0
0 = 0

Kamis, 04 April 2013

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DI SMK (BANGUNAN)

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
MELALUI PENDIDIKAN KEJURUAN

Pendidikan kejuruan adalah pendidikan untuk bekerja pada berbagai bidang pekerjaan dimana seseorang bisa mendapatkan pekerjaan yang menyenangkan dan memberi kontribusi produktif kepada masyarakat dan dunia usaha dan industri yang membutuhkan. Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang dirancang untuk mengembangkan skil, kecakapan, pemahaman, sikap (attitude), kebiasaan kerja, dan apresiasi yang dibutuhkan oleh pekerja untuk memasuki dunia kerja dan membuat progress atau kemajuan dalam pekerjaan yang penuh makna dan produktif. Dengan demikian pendidikan kejuruan memiliki ciri-ciri antara lain:

(1) mengembangkan skil, kecakapan, sikap (attitude), apresiasi kerja, kebiasaan kerja, bermakna, dan produktif;
(2) mempersiapkan seseorang untuk bekerja;
(3) memberdayakan individu untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang layak;
(4) berkaitan dengan kebutuhan pekerjaan atau jabatan;
(5) ada pengawasan dari masyarakat luas; dan
(6) menguntungkan bagi diri siswa sebagai pekerja.

Dengan demikian apresiasi terhadap jenis-jenis pekerjaan dan jabatan sangat penting bagi masyarakat pendidikan kejuruan. Kesadaran bahwa orang hidup butuh bekerja merupakan bagian pokok  dari pendidikan kejuruan.

Smk memiliki peranan yang sangat strategis dalam peningkatan mutu sumberdaya manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan, pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan kejuruan antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti, bahkan sebagian besar sekolah masih dalam kondisi memprihatinkan. Sebagaimana disampaikan oleh Mukhadis (2003:1) bahwa tingkat pencapaian tujuan pembelajaran di SMK disinyalir masih relatif rendah. Menurut Sugiyono (2003:15), kegagalan pendidikan membangun sumberdaya manusia Indonesia tersebut disebabkan oleh karena pengelolaan pendidikan di Indonesia belum dilakukan secara profesional. Lebih lanjut Sugiyono (2003:21), menyatakan manajemen pendidikan kejuruan yang profesional adalah manajemen  yang cerdas, yaitu manajemen yang mampu melaksanakan fungsi manajemen (planing, doing, checking, and reviewing) secara sungguh-sungguh, konsisten, dan berkelanjutan dalam mengelola sumberdaya yang meliputi 7M (man, money, material, methods, machine, market, dan minute) sehingga tujuan pendidikan kejuruan dapat dicapai secara efektif dan efisien
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi mempengaruhi perkembangan dunia usaha. Hal ini membawa implikasi pada tingkat pengetahuan dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh siswa SMK khususnya bidang keahlian teknik bangunan (Kuncoro, 1997:56). Temuan penelitian yang perlu mendapat perhatian seperti disampaikan Yunus, dkk. dalam Kuncoro (1996), bahwa pada umumnya pimpinan dunia usaha/industri lebih mementingkan aspek afektif (sikap/ nilai) dan psikomotorik (keterampilan) daripada sikap kognitif (kecerdasan) sebagai kriteria karyawan yang baik. Bidang keahlian bangunan merupakan salah satu bidang keahlian untuk SMK Kelompok Teknologi dan Industri yang mempersiapkan lulusannya untuk dapat bekerja dan mengembangkan profesinya pada berbagai jenis pekerjaan di bidang teknologi dan industri (Kurikulum, 1994:5).
Berdasarkan SK Dirjendidasmen Depdiknas No. 251/C/KEP/MN/2008 bidang keahlian bangunan terdiri atas kompetensi keahlian teknik konstruksi baja, teknik konstruksi kayu, teknik konstruksi batu dan beton, teknik gambar bangunan, dan teknik perabot kayu.

Program pendidikan dan pelatihan berdasarkan kurikulum 2004 terdiri atas program adaptif, normatif, dan produktif. Pada kurikulum 2004 disebutkan bahwa program produktif adalah kelompok mata yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja sesuai standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Program produktif bersifat melayani permintaan pasar kerja,karena itu lebih banyak ditentukan oleh dunia usaha/industri atau asosiasi profesi. Program produktif diajarkan secara spesifik sesuai dengan kebutuhan tiap program keahlian. Dalam proses pembelajaran produktif terjadi dua hal yang saling berkaitan yaitu belajar dan mengajar. Menurut Winkel dalam Darsono (2000:4), mendefinisikan belajar sebagai suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Mengajar menurut Howard
dalam Slameto (1995:32), menyatakan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitude, ideas (cita-cita), appreciations (penghargaan), dan knowledge (pengetahuan). Yang dimaksud dengan pembelajaran